Lidah Bunglon Lebih Cepat 5x Dari Jet Tempur

on Tuesday, August 23, 2011
Tuhan menciptakan sesuatu dengan desain yang maha sempurna. Desain organ pada binatang telah didesain sedemikan rupa sesuai dengan makanannya. Begitu juga bunglon. Akan tetapi dari binatang ini ditemukan fakta mencengangkan. Fakta tersebut adalah kecepatan super lidah bunglon menangkap mangsanya.


Jurriaan de Groot dari Universitas Leiden, dan Johan van Leeuwen dari Universitas Wageningen, mengambil film-film Sinar X berkecepatan tinggi, yakni 500 bingkai per detik, dalam rangka menyelidiki bagaimana lidah bunglon bekerja ketika menangkap mangsa. Film-film ini menunjukkan bahwa ujung lidah bunglon mengalami percepatan 50 g (g = konstanta gravitasi). Percepatan ini lima kali lebih besar daripada yang dapat dicapai oleh sebuah jet tempur.


Buku-buku teks zologi menjelaskan bahwa lidah balistik bunglon diperkuat oleh seutas otot pemercepat (akselerator). Otot ini memanjang ketika menekan ke bawah pada tulang lidah, yang berupa tulang rawan kaku di tengah lidah, yang membungkusnya. Akan tetapi, dalam sebuah penelitian yang telah disetujui untuk diterbitkan oleh majalah ilmiah Proceedings of the Royal Society of London (Series B), dua ahli morfologi yang memelajari kebiasaan makan bunglon menemukan unsur-unsur lain yang terkait dengan gerakan cepat lidah binatang ini.


Para peneliti ini membedah jaringan lidah dan menemukan bahwa otot pemercepat sama sekali tidak cukup kuat untuk menghasilkan gaya yang diperlukan ini sendirian. Dengan meneliti lidah bunglon, mereka menemukan keberadaan sedikitnya 10 bungkus licin, yang hingga saat itu belum diketahui, di antara otot pemercepat dan tulang lidah.

Bungkus-bungkus ini, yang melekat ke tulang lidah di ujungnya yang terdekat dengan mulut, teramati mengandung serat-serat protein berajutan spiral. Serat-serat ini memadat dan berubah bentuk ketika otot pemercepat mengerut dan menyimpan tenaga bagaikan seutas pita karet yang tertekan.
Ketika mencapai ujung bulat tulang lidah, bungkus-bungkus yang ketat dan memanjang ini secara bersamaan menggelincir dan mengerut dengan kekuatan dan melontarkan lidah. Secepat serat-serat ini menggelincir dari tulang lidah, bungkus-bungkus saling memisahkan diri bagaikan tabung-tabung sebuah teleskop, dan karena itu lidah mencapai jangkauan terjauhnya. Van Leeuwen berkata, “ini adalah ketapel teleskopis.”Ketapel ini memiliki ciri lain yang amat menyolok. Ujung lidah mengambil bentuk hampa pada saat menghantam mangsa. Ketika terlontar, lidah ini dapat menjulur sejauh enam kali panjangnya ketika istirahat di dalam mulut, dan dua kali panjang tubuhnya sendiri.
Kelompok-kelompok otot dengan sifat-sifat yang berbeda secara tanpa cela melontarkan lidah, memercepatnya, menyebabkan lidah mengambil bentuk isap ketika menghantam mangsanya dan lalu cepat-cepat menariknya.
Kelompok-kelompok otot ini sama sekali tidak saling menghalangi fungsi masing-masing, namun bekerja dengan cara yang terselaraskan dalam menghantam mangsa dan menarik lidah kembali ke mulut dalam waktu kurang dari sedetik. Tambahan lagi, berkat kerjasama antara sistem penglihatan dan otak, kedudukan mangsa diukur dan perintah bagi lidah balistik untuk “menembak!” diberikan oleh syaraf yang mengirimkan isyarat di dalam otak.

RAJINLAH MAKAN SALAD

Salad adalah makanan yang paling mudah dibuat dan paling banyak variasinya. Baik dari segi tekstur, warna, serta rasa. Selain itu, ada sensasi menyenangkan yang bisa kita rasakan saat menyantapnya. Dingin, renyah, dan segar!
 
Bonus lainnya, menyantap salad setiap hari juga akan memberikan kita 4 manfaat bagi kesehatan, seperti :
 
1. Memberikan asupan serat.
Mengonsumsi makanan tinggi serat akan membantu menurunkan kolesterol dan mencegah konstipasi atau pencernaan. Barbara Rolls, PhD, penulis buku The Volumetrics Eating Plan, menambahkan menyantap serat lebih banyak akan membantu kita merasa lebih kenyang sehingga porsi makan kita menjadi lebih sedikit. Dan itu artinya sangat baik bagi program penurunan berat badan.
 
2. Mengeruk manfaat sehat dari buah dan sayuran.
Banyak ahli yang setuju jika kita perlu menambahkan porsi buah dan sayuran harian kita. David Joacobs, PhD, profesor dari Public Health di University of Minnesota menyatakan banyak sekali bukti bahwa buah dan sayur memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Jika kita termasuk penikmat salad sayuran hijau, kita akan memperoleh asupan antioksidan yang tinggi, seperti vitamin C, E, asam folat, likopen, dan beta karoten, terutama jika mentah. Antioksidan adalah zat yang dapat membantu melindungi tubuh kita dari kerusakan akibat paparan radikal bebas. Studi dari National Cancer Institute menemukan jika diet kita kaya akan buah dan sayuran, maka akan memperkecil risiko kita terhadap kanker di kepala dan leher.
 
3. Memangkas kalori dan meningkatkan kepuasan.
Jika tujuan kita adalah menurunkan berat badan, mulailah ritual makan dengan menyantap ‘salad hijau’. Sebuah studi menunjukkan dengan mengonsumsi menu rendah kalori, seperti salad sayuran dengan 150 kalori atau kurang, mampu meningkatkan kepuasan atau rasa kenyang dan memangkas total jumlah kalori yang seharusnya dikonsumsi selama makan. Motonya ‘bigger is better’, tapi yang dimaksud dengan moto ini adalah volume saladnya bukan jumlah kalorinya. Jadi, tambahkan jumlah sayuran dan kurangi dressing serta pernak-pernik yang berlemak lainnya.
 
4. Mendapatkan asupan lemak yang baik.
Mengonsumsi sedikit lemak baik, seperti lemak monosaturated yang ada pada minyak zaitun, avokad atau kacang, bersamaan dengan sayuran akan membantu tubuh kita menyerap phytochemical yang dapat melindungi tubuh lebih baik, seperti likopen dari tomat, dan lutein dari sayutan hijau gelap.
 
Studi terbaru dari Ohio State University mengukur seberapa baik phytochemical terserap oleh tubuh setelah orang mengonsumsi salad selada, wortel, dan bayam, bersama atau tidak bersama 2 ½ sdt avokad. Hasilnya, para  pemakan avokad menyerap alpha karoten 8 kali lebih banyak dan beta karoten 13 kali lebih banyak, dibanding kelompok yang memakan salad tanpa avokad. Dan kedua nutrisi tersebut dipercaya akan membantu kita terlindung dari penyebab kanker dan penyakit jantung.

Penyebab Orang Tidak Punya Rasa Malu

Seringkali kita mendengar kalimat, 'Dasar tak tahu malu', atau 'Sudah putus urat malunya' yang ditujukan pada orang-orang yang dinilai tak punya rasa malu. Hati-hati jika sudah mulai hilang rasa 'malunya' karena itu artinya ada bagian di otak yang sudah mengalami kerusakan.

http://a11no4.files.wordpress.com/2010/03/malu4.jpg

Ilmuwan dari University of California, San Francisco dan University of California, Berkeley berhasil mengungkapkan bagian mana dari otak yang sangat bertanggungjawab terhadap muncul tidaknya rasa malu.

Menurut penelitinya Virginia Sturm, timnya telah mengidentifikasi adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut 'pregenual anterior cingulate cortex' sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.

"Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang. Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa malu," kata Virginia seperti dilansir dari Sciencedaily.

Pusat malu di bagian 'pregenual anterior cingulate cortex' ini posisinya berada jauh di dalam otak yakni sebelah kanan depan. Fungsi lain dari bagian otak ini antara lain mengatur detak jantung dan pernapasan, emosi, perilaku kecanduan dan pengambilan keputusan.

Maka itu pada orang yang otaknya sehat, ketika merasa malu bagian otak ini akan berfungsi maksimal. Rasa malunya akan membuat tekanan darah menjadi naik, detak jantung meningkat atau terjadi perubahan napas.

Tapi pada orang yang memiliki rasa malu yang rendah seperti pada penderita Alzheimer atau demensia (pikun), otak di bagian ini ukurannya lebih kecil dari biasanya.

Mereka umumnya menjadi lebih acuh terhadap hal-hal yang menurut orang memalukan karena bagian otak 'pregenual anterior cingulate cortex' seperti 'dibutakan' terhadap rasa malu.

"Bila Anda kehilangan kemampuan otak di daerah ini, Anda akan kehilangan respons rasa malu," kata Virginia seperti dikutip LiveScience.

Para ilmuwan meyakini bahwa semakin besar wilayah otak tertentu maka semakin kuat kerja otak yang terkait dengan fungsinya itu.

Contohnya, orang dengan kepribadian terbuka (ekstrovert) memiliki pusat pengolahan otak yang lebih besar, sedangkan orang yang gampang cemas punya pusat deteksi kesalahan yang lebih besar.

Dalam melakukan penelitian tersebut, peneliti meminta 79 partisipan untuk menyanyi karaoke lagu 'My Girl', lagu hit tahun 1964 yang dinyayikan Temptations. Partisipan itu ada yang sehat dan ada yang menderita penyakit saraf degeneratif.


Suara partisipan direkam dan diputar ulang tanpa ada ada suara musik yang menyertainya. Partisipan yang malu dengan suaranya langsung terlihat dari ekspresi wajahnya, kemudian berkeringat dan detak jantung meningkat.

Sebaliknya penderita yang mengalami gangguan saraf terlihat acuh dan kurang punya rasa malu meskipun ketika didengarkan suara mereka sangat memalukan. 

Hasil temuan ini telah disampaikan Virginia dalam pertemuan tahunan American Academy of Neurology ke-64 di Hawaii pada 14 April 2011.

Ternyata Untuk Menyajikan Secangkir Kopi Perlu 140 Liter Air

Berapa jumlah air yang dibutuhkan untuk menyajikan secangkir kopi? Beberapa dari Anda mungkin akan dengan mudah menjawab, "Pastinya satu cangkir."

Tapi, berdasarkan Water Footprint, rata-rata jumlah air yang dibutuhkan untuk menyajikan secangkir kopi adalah 140 liter.

 

Bagaimana bisa? Water Footprint tak hanya menghitung air yang digunakan untuk menyeduh kopi, tetapi juga total air yang dibutuhkan untuk menanam dan memelihara kopi, memanen, dan memrosesnya hingga menjadi biji kopi yang siap digiling, didistribusikan, hingga akhirnya disajikan di meja.

Jumlah tersebut cukup mengagetkan. Namun hal itu bisa menjadi cerminan bahwa pemakaian air dalam bidang pertanian, industri, dan konsumsi masyarakat tak terkirakan. Contoh lain, menyajikan secangkir teh memerlukan 35 liter air dan menyajikan 1 kg nasi memerlukan 3.000 liter air.

Untuk melihat dan mengontrol konsumsi air, pada tanggal 28 Februari 2011 lalu Global Water Footprint Standard merilis catatan terbaru. Catatan yang merupakan standar tersebut dikembangkan oleh Water Footprint Network dengan 139 partner, ilmuwan dari Universitas Twente, Belanda, serta kalangan LSM, perusahaan, dan pembuat kebijakan.

Global Water Footprint Standard memberikan konsistensi dalam mengukur jumlah air yang digunakan dan dampaknya. Pimpinan Water Footprint Network, Jim Leape, mengatakan bahwa standar tersebut dibuat saat perusahaan di semua sektor menyadari adanya ancaman kekurangan air yang bisa berdampak pada bisnisnya.
  
Menurut National Coordinator Freshwater Program WWF Indonesia Tri Agung Rooswiadji, standar tersebut dirancang untuk mengurangi pemborosan dalam konsumsi air. "Jumlah air bersih sudah sangat terbatas. Kalau kita boros, itu akan mengurangi kebutuhan pihak lain juga," ungkapnya.

Menurutnya, pemborosan konsumsi air kini banyak terjadi di kalangan industri komersial. "Industri ini tidak hanya industri manufaktur, tetapi juga yang lain, seperti pertanian dan tekstil. Kalau misalnya membuang limbah cair langsung, itu juga mengurangi jumlah air bersih," katanya.

Setiap komoditas industri menurutnya memiliki kebutuhan air yang berbeda. "Yang terbesar itu misalnya pada kopi, minyak sawit, dan kakao," kata Tri. Sektor lain, misalnya pada bahan makanan pokok, membutuhkan 3.000 liter air untuk memproduksi 1 kg beras dan 900 liter air untuk 1 kg tepung jagung.

Efisiensi dalam pemakaian air ini penting untuk dilakukan, terutama oleh kalangan industri. Ketidakefisienan dalam pemakaian air yang mengakibatkan kekurangan air bisa memicu konflik. "Itu pernah terjadi tahun 2001-2002 di Lombok. Petani berkonflik karena kekurangan air," ujarnya.

Tri mengungkapkan, kalangan industri bisa mulai menerapkan Water Footprint Standard. Dalam standar ini terdapat fasilitas penghitungan jumlah air yang digunakan berupa Water Footprint Calculator sehingga bisa membantu program efisiensi air.

Di sisi lain, ia juga menekankan perlunya kebijakan pemerintah. "Selama ini belum ada kebijakan mengenai efisiensi air," katanya. Kebijakan ini diharapkan bisa memacu pelaku industri untuk menerapkan standar tersebut.

Dengan Global Water Footprint Standard, pelaku industri bisa memantau penggunaan air, terutama menelaah sektor-sektor yang boros air. Dengan demikian, langkah efisiensi penggunaan air pun dimungkinkan dalam mendukung kelestarian sumber daya air.

Bagi individu, Global Water Footprint Standard bisa menjadi acuan untuk mengukur jumlah air yang digunakan dalam makanan, mencuci pakaian, dan barang-barang yang dibeli. Individu bisa beralih ke produk yang membutuhkan sedikit air dan yang proses produksinya memerhatikan kelestarian air.

Efisiensi penggunaan air merupakan salah satu cara untuk melestarikan sumber daya air, selain dengan mencegah pencemaran pada sumber air. Saat ini, kualitas air bersih secara global menunjukkan tren penurunan sehingga membutuhkan langkah radikal untuk melestarikannya.

Jelly Fish Life Cycle (Metagenesis)

on Sunday, August 21, 2011

Jelly Fish atau yang kita kenal sebagai ubur-ubur adalah hewan unik dari kelompok Filum Coelenterata. Hewan ini mengalami metagenesis. Metagenesis merupakan persitiwa pergiliran keturunan atau pergantian siklus hidup suatu organisme yaitu siklus generatif dan siklus vegetatif.
  • Siklus generatif  (seksual)
    Pada siklus seksual melibatkan sel gamet (ovum dan sperma) dan dihasilkan individu dengan sebutan gametofit.
  • Siklus vegetatif  (aseksual)
    Pada siklus aseksual tanpa sel gamet dihasilkan dihasilkan individu dengan sebutan sporofit
Metagenesis dapat terjadi pada hewan dan tumbuhan. Tumbuhan yang mengalami metagenesis adalah tumbuhan paku (fern, Pteridophyta) dan tumbuhan lumut (moss, Bryophyta). Sedangkan hewan yang mengalami metagenesis adalah ubur-ubur, misalnya Obelia sp. dan Aurelia sp.
Metagenesis of Aurelia sp.
 Metagenesis diawali dari fase ubur-ubur dewasa/medusa yang melakukan reproduksi seksual, fase ini disebut fase gametofit. Fertilisasi sperma dan ovum akan menghasilkan zigot yang berkembang menjadi larva planula. Larva planula akan mencari tempat yang cocok untuk tumbuh. Kemudian dia akan berkembang menjadi polip/skifistoma. Polip memiliki tampilan morfologi yang berbeda dari ubur-ubur. Polip kemudian tumbuh dan memperbanyak diri secara vegetatif dan membentuk strobila. Strobila ini nampak seperti tumpukan mangkok. Kemudian bagian paling ujung strobila akan berkembang menjadi ubur-ubur muda/ephyra dan melepaskan diri dari strobila untuk melanjutkan siklus hidupnya.




Source: http://sausbuku.blogspot.com/2010/01/metamorfosis-dan-metagenesis.html
http://animals.about.com/od/cnidarians/a/lifecyclejellyf.htm

Metamophosis

on Tuesday, August 16, 2011

Metamorphosis is a biological process by which an animal physically changing from immature until mature trough definite phase. Some insects, amphibians, molluscs, crustaceans, cnidarians, echinoderms and tunicates undergo metamorphosis, which is usually accompanied by a change of habitat or behavior.



Insect metamorphosis
All insects in the Pterygota undergo a metamorphosis. There is 2 kind of insect metamorphosis, hemimetabolous (incomplete metamorphosis) or holometabolous (complete metamorphosis).
  • Hemimetabolous (incomplete metamorphosis)   
  The stages of this metamorphosis is EGG --> NYMPH --> ADULT  

Nymph is the immature stage. Development proceeds in repeated stages of growth and ecdysis (moulting); these stages are called instars and continued until adult stage
Example: grasshopper, cockroach, dragonfly, etc 
 
  •  Holometabolous   (complete metamorphosis) 
  The stages of this metamorphosis is  EGG --> LARVAE --> PUPA --> ADULT

Immature stages are called larvae, and differ markedly from the adults. Insects which undergo holometabolous pass through a larval stage, then enter an inactive state called pupa, or chrysalis, and finally emerge as adults.
Example: butterfly, mosquito, flies, etc  


Amphibian metamorphosis
In typical amphibian development, eggs are laid in water and larvae are adapted to an aquatic lifestyle. Metamorphosis in amphibians is regulated by thyroxin hormone concentration in the blood. The stage iEGG --> TADPOLE --> YOUNG FROG --> ADULT

Primary and Secondary Growth

on Tuesday, August 9, 2011
Growth is the process by which a plant increases in the number and size of leaves, roots, and stems. The growth in plants depends on the hormones which are produced in minute amounts and the physiological effect is shown at other site.
The growth in plants is studied at two different levels such as primary and secondary. The primary growth refers to increase in length of plant, number of leaves, and production of branches. Secondary growth refers to increase in girth and growth associated with girth.


Primary Growth
It refers to the growth taking place in apical surface where higher amount of cell division takes place in apical meristem. The high pace of cell division results in cell elongation and takes place in undifferentiated regions referred as meristems.


The primary growth in roots is concentrated at root tip and is covered by the presence of root cap. The root cap produces polysaccharide and help in rapid rate of growth. The growth at the apical meristem in roots takes place at rapid phase and results in replacement of cells at root cap. 
 
Secondary Growth

Secondary growth in plants takes place in vascular cambium and at a later stage it produces secondary xylem cells in the inside of the meristem and formation of secondary phloem cells on the outside of the meristem.


It is found that the secondary growth disturbs the epidermis in terms of rupture it results in formation of cork cambium which is in general dark and gives rise to thickened cork cells. The thickened cork cells are known for their role to protect. 

 
The Differences 

Primary Growth

Secondary Growth

Taking place at the tip of the plant (tip of shoot and tip of root)

Taking place in the stem

Occur in every plants

Occur only in woody plants

Increase in length of plant, number of leaves, and production of branches

Increase in girth or diameter

Occur by the activity of apical meristem

Occur by the activity of Cambium
 

Download Hand Out Here! 

Plant Hormones


The growth and development of a plant are influenced by genetic factors, external environmental factors, and chemical hormones inside the plant. Plants respond to many environmental factors such as light, gravity, water, inorganic nutrients, and temperature.

Plant hormones are chemical messengers that affect a plant's ability to respond to its environment. Hormones are organic compounds that are effective at very low concentration; they are usually synthesized in one part of the plant and are transported to another location.  They interact with specific target tissues to cause physiological responses, such as growth or fruit ripening. Each response is often the result of two or more hormones acting together.

Because hormones stimulate or inhibit plant growth, many botanists also refer to them as plant growth regulators. Many hormones can be synthesized in the laboratory, increasing the quantity of hormones available for commercial applications. Botanists recognize five major groups of hormones: auxins, gibberellins, ethylene, cytokinins, and abscisic acid.


Auxins

Auxins are hormones involved in plant-cell elongation, apical dominance, and rooting. A well known natural auxin is indoleacetic acid, or IAA which is produced in the apical meristem of the shoot.
Before a cell can elongate, the cell wall must become less rigid so that it can expand. IAA triggers an increase in the plasticity, or stretch ability, of cell walls, allowing elongation to occur.
Auxin moves to the darker side of the plant, causing the cells there to grow larger than corresponding cells on the lighter side of the plant. This produces a curving of the plant stem tip toward the light, a plant movement known as phototropism.


Gibberellins

In the 1920's scientists in Japan discovered that a substance produced by the fungus Gibberella caused fungus-infected plants to grow abnormally tall. The substance, named gibberellin, was later found to be produced in small quantities by plants themselves.

Gibberellins has many effects on a plant, but primarily stimulates elongation growth. Spraying a plant with gibberellins will usually cause the plant to grow to a larger than expected height, i.e. greater than normal.
Gibberellins are also used to treat seeds of some food crops because they will break seed dormancy and promote uniform germination.

Ethylene

The hormone ethylene is responsible for the ripening of fruits. Unlike the other four classes of plant hormones, ethylene is a gas at room temperature. Ethylene gas diffuses easily through the air from one plant to another.
Ethylene is usually applied in a solution of ethephon, a synthetic chemical that breaks down and releases ethylene gas. It is used to ripen bananas, honeydew melons and tomatoes.  

Cytokinins

Cytokinins promote cell division in plants. It is produced in the developing shoots, roots, fruits and seeds of a plant, cytokinins are very important in the culturing of plant tissues in the laboratory.  A high ratio of auxins to cytokinins in a tissue-culture medium stimulates root formation. A low ratio promotes shoot formation. Cytokinins are also used to promote lateral bud growth in flowering plants.

Abscisic Acid

Abscisic acid, or ABA, generally inhibits other hormones, such as the auxin IAA. It was originally thought to promote abscission, hence its name. ABA helps to bring about dormancy in a plant's buds and maintains dormancy in its seeds. ABA causes the closure of a plant's stomata in response to drought. Water stressed leaves produce large amounts of ABA, which triggers potassium ions to be transported out of the guard cells. This causes stomata to close, and water is held in the leaf. It is too costly to synthesize ABA for commercial agriculture use.  

Source: http://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/biobk/biobookplanthorm.html 
http://www.biology-online.org/11/10_growth_and_plant_hormones.htm